Saat membaca judul dari tulisan ini, tentunya ada seribu. Bahkan jutaan pertanyaan yang terselip dalam benak anda. Apa hubungannya kelinci, jerapah, dan cinta? Kalaupun ada, dimanakah saya bisa menemukan hubungannya? Apakah saya perlu mencari kelinci dan jerapah, kemudian berdialog dengan mereka seputar cinta?. Saya yakin, di dalam benak anda sekarang sedang berusaha, atau bahkan memaksakan interpretasi untuk mengkorelasikan hubungan (afair) antara kelinci, jerapah, dan cinta. Wajar saja jika hal itu pada diri anda. Anda kan seorang pemikir sejati. Bahkan hal-hal yang sekiranya tidak perlu anda pikirkan pun anda pikirkan. Memang anda ini kurang kerjaan. Tapi bagi saya pribadi, berfikir itu penting. Sangking pentingnya, dalam Usul Fiqih, ada sebuah kaidah yang menyatakan “Attafkir qoblal amal” berfikir sebelum bertindak. Sejalan dengan itu, Sokrates juga pernah berkoar “Aku berfikir maka aku ada”.
Dengan berfikir kita bisa menunjukan eksistensi kita sebagai khalifah di muka bumi. Menurut sokrates, untuk menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang bercipta, karsa, dan karya, fikiran dapat dimanifestasikan dalam bentuk karya berupa tindakan verbal maupun nonverbal. Bahkan adanya tindakan kejahatanpun berasal dari sebuah manifestasi sebuah pemikiran (menyimpang). Berarti, kalau pada saat itu Sokrates tidak berfikir, maka bukan tidak mungkin sokrates tidak akan ada di dunia yang fana ini (sok puitis) he...... Saya pribadi setuju dengan statmen yang dilontarkan eyang Sokrates. Manusia tanpa adanya sebuah proses berfikir berarti sama saja dengan sebuah jasad tanpa nyawa alias mati. Sejatinya hidup ini adalah untuk berfikir agar bisa suvive dan bisa meminimalisir segala macam masalah yang berbenturan dalam hidup. Kalau anda sekarang masih menyempatkan diri untuk berfikir, atau setidaknya melamun lah, berarti ada tanda-tanda kehidupan masih bersemayam dalam jasad anda. Selamat anda masih hidup!!!!!.
Lho...kok jadi cerita masalah fikiran sih???? Pasti gara-gara anda nich....!!!
Kembali pada substansi permasalahan. Jika anda ingin mencari hubungan kelinci, jerapah, dan cinta, tidak perlu repot-repot plesir ke kebun binatang segala. Belum tentu ketika sampai di kebun binatang anda dapat berjumpa dengan jerapah dan berdialog dengannya. Pasalnya, hampir semua kebun binatang yang terdapat di seantero penjuru Indonesia keadannya memprihatinkan. Bahkan menurut kabar dari berbagai media masa, menuturkan bahwa, banyak koleksi binatang yang telah mangkat. Saya jadi miris. Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan, anda cukup membaca dan memahami esai ini. Saya jamin, anda akan mendapatkan jawabannya. Kalupun anda belum paham juga, segera hubungi dokter terdekat. He...he....he......
Jadi ceritanya seperti ini. Pada suatu hari, di sebuah padang savana nan jauh disana, hiduplah seekor kelinci putih, lucu, dan imoet (kayak aq gitu...). Saat itu, situasi dan kondisi padang savana sedang memprihatinkan. Hali ini dipicu karena tidak adanya hujan yang membasahi setiap helai daun dari tumbuhan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kelinci bingung bukan kepalang. Hampir hampir di setiap sudut savana tidak ada lagi rumput yang enggan untuk tumbuh. Semua rumput kering kerontang memudarkan zat klorofilnya. Sehingga tak laik makan lagi. Dalam kondisi seperti inilah kemudian sang kelinci bermunajad pada Ilahi, Tuhan semesta alam, sang penguasa jagad raya. Kelinci menengadahkan kedua tangannya menjulang keatas langit. “Tuhan, kenapa hidup hamba seperti ini. Hamba merasa selama ini kesulitan selalu bersandar dan brduyun-duyun menghampiri hamba. Coba bayangkan Tuhan keadaan hamba sekarang, untuk mendapatkan sesuap rumptpun, hamba perlu mencari seharia. Tak jarang pula hamba butuk wakti satu hari, dua hari, bahkan tiga hari untuk mendapatkannya. Apakah ini ujian, cobaan atau laknat dariMU. Hamba sadar selama ini hamba selalu terlena dan seringkali lupa untuk bersyukur kepadaMU. Tapi, mulai sekarang hamba akan berjanji akan menancapkan rasa syukur atas nikmatMU kedalam hati hamba. Tuhan kabulkanlah permintaan hambaMU.... amin.... .
Kelinci berharap Tuhan akan mengabulkan doanya dan memberikan rumput yang diinginkannya. Kelinci menunggu dan terus menunggu sambil memegangi perut yang semakit melilit. Penungguan kelinci terus berlanjut. Satu jam, dua jam, dan ahirnya tiga jam telah berlalu. Namun permintaan kelinci tidak kunjung tiba juga. Si kelinci tiba-tiba merasa dongkol kepada Tuhan yang tidak mengabulkan doaannya. Setelah menunggu selama empat jam, datanglah seekor jerapah. Rasa kesal dan marah pun tiba-tiba menyeruak begitu saja jauh di dalam palung hati kelinci. Kenapa yang datang justru jerapah jelek ini? Kata kelinci. Sang jerapahpun menghampiri kelinci dan berujar “apa yang engkau lakukan disini sobat kecil?”. “aku lapar dan sedang menunggu pertolongan dari tuhan”. “peretolongan apa yang sedang engkau tunggu?”. “aku menunggu kiriman rumput, aku sudah tidak makan selama dua hari”. Melihat kondisi kelinci yang mengenaskan, jerapah menawarkan bantuan kepadanya. Jerapah meminta kelinci untuk naik ke atas kepalanya. Kelinci diajak menelusuri padang savana oleh jerapah. Tiba-tiba langkah jerapah dihentikan oleh pohon besar. Jerapah menyuruh kelinci untuk memakan daun-daun yang ada pada dahan pohon. Namun kelinci urung untuk memakan daun dari pohon. Dalam hati kelinci berujar “aku ingin makan rumput..!!!!. setelah beberapa penawaran dari jerapah ditolak oleh kelinci, jerapah menurunkan kelinci keatas tanah. Jerapah berlalu meninggalkan kelinci tanpa sepatah kata. Sedangkan kelinci masih dalam kelaparannya. Tamat....!!!!.
Lho.... kok tamat????. Katanya mau ngasih tahu hubungan kelinci, jerapah dan cinta???. Sabar dulu atuh.... yang tamat kan ceritanya. Namun pembahasan akan tetap terus berlanjut. Jadi begini (sok serius), setelah saya melihat, mengingat , dan menimbang, maka saya memutuskan bahwa cerita di atas hanya gambaran dan analogi belaka. Sekarang yang akan kita bahas adalh esensi nilai dari cerita tersebut.
Saudara-saudara yang saya hormati, seringkali kita salah kaprah dalam melakukan pemaknaan terhadap kata cinta. Kesalahan dalam interpretasi terhadap makna cinta, akan brbuntut pada salah tafsir terhadap unsur-unsur yang bernaung dibawah ranah cinta, baik itu secara eksplisit maupun implisit. Salah satu unsur cinta yang akan saya bahas adalah unsur jodoh. Sadr atau tidak sadar, selama ini kbanyak orang salah tafsir terhadap makna konsep jodoh.
Memang benar, ketika masih dalam kandunagan, ada tiga takdir yang dilekatkan pada kita bersamaan dengan ditiupkan nyawa dalam jasad janin. Takdir rizki, kematian, dan jodoh. Konsep jodoh sendiri diejawantahkan oleh Tuhan, melalui salah satu firmannya “telah aku ciptakan kalian secara berpasang-pasangan” kurang lebih seperti itulah firmanNYA. Firman ini bukan berarti dalam mencari jodoh, manusia bukan hanya berpangku tangan saja. Dengan apologi bahwasannya, setiap manusia sudah ada jodohnya, sehingga tinggal duduk manis dirumah saja. pemikiran seperti ini akan berkontradiksi dengan fiman Tuhan yang lainnya ”Aku tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mau merubah nasibnya sendir”. Dari sisni jelaslah, bahwa untuk mendapatkan sesuatu, manusia harus berusaha dan berbuat sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing. Sama saja dengan jodoh. Saya pikir jodoh itu harus dicari dan dikejar. Jodoh itu ibarat bola. Untuk mencetak sebuah gool, bola harus dijemput terlebih dahulu kemudian baru kita arahkan untuk ditendang ke arah gawang. Hal ini sama saja dalam jodoh. Untuk mendapatkan jododoh, kita harus “menjemputnya”.
Hidup ini tidak sertamerta 100% dimonopoli oleh Tuhan semata. Namun kita juga memiliki andil dan ranah yang kita kuasai untuk menentukan lakon hidup kita. Pun denga jodoh. Kembali pada cerita di atas, saya memposisikan kita dalam lakon kelinci putih. Seperti kejadian yang dialami oleh kelinci. Kitapun sering mengalaminya, sadr atau tidak sadar tentunya. Kadang ketidak sadaran itulah yang membawa kita kearah persepsi keliru. Terkadang dalam doa, kita selalu berharap dipertemukan jodoh dengan spesifikasi yang mulk-muluk dan super perfeksionis. Sehingga kita menjadi gelap mata dan selalu mempersalahkan Tuhan. Kenapa Tuhan tidah mengabulkan doa saya?. Sebenarnya Tuhan selalu menjawab doa kita. Namun seringkali harapan dan keinginan kita selalu membuat buta mata kita. Kita sering tidak sadar, bahwa Tuhan telah menawarkan banyak alternatif jodoh pada kita. Namun kita juga sering tidak melihat alternatif penawaran tersebut. Alternatif yang sebenarnya justru lebih baik dari harapan dan keinginan kita. Memamng logika bumi, itu jauh berbeda dengan logika langit. Dan yang paling penting, Tuhan tidak pernah salah pilih. Buka mata anda, dan lihatlah Tuhan telah mengirimkan jodoh kita melalui jerapah yang diselipkan pada oarang-orang di dekat kita. Bisa teman kampus, teman main, atau bahkan rival.
Dengan berfikir kita bisa menunjukan eksistensi kita sebagai khalifah di muka bumi. Menurut sokrates, untuk menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang bercipta, karsa, dan karya, fikiran dapat dimanifestasikan dalam bentuk karya berupa tindakan verbal maupun nonverbal. Bahkan adanya tindakan kejahatanpun berasal dari sebuah manifestasi sebuah pemikiran (menyimpang). Berarti, kalau pada saat itu Sokrates tidak berfikir, maka bukan tidak mungkin sokrates tidak akan ada di dunia yang fana ini (sok puitis) he...... Saya pribadi setuju dengan statmen yang dilontarkan eyang Sokrates. Manusia tanpa adanya sebuah proses berfikir berarti sama saja dengan sebuah jasad tanpa nyawa alias mati. Sejatinya hidup ini adalah untuk berfikir agar bisa suvive dan bisa meminimalisir segala macam masalah yang berbenturan dalam hidup. Kalau anda sekarang masih menyempatkan diri untuk berfikir, atau setidaknya melamun lah, berarti ada tanda-tanda kehidupan masih bersemayam dalam jasad anda. Selamat anda masih hidup!!!!!.
Lho...kok jadi cerita masalah fikiran sih???? Pasti gara-gara anda nich....!!!
Kembali pada substansi permasalahan. Jika anda ingin mencari hubungan kelinci, jerapah, dan cinta, tidak perlu repot-repot plesir ke kebun binatang segala. Belum tentu ketika sampai di kebun binatang anda dapat berjumpa dengan jerapah dan berdialog dengannya. Pasalnya, hampir semua kebun binatang yang terdapat di seantero penjuru Indonesia keadannya memprihatinkan. Bahkan menurut kabar dari berbagai media masa, menuturkan bahwa, banyak koleksi binatang yang telah mangkat. Saya jadi miris. Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan, anda cukup membaca dan memahami esai ini. Saya jamin, anda akan mendapatkan jawabannya. Kalupun anda belum paham juga, segera hubungi dokter terdekat. He...he....he......
Jadi ceritanya seperti ini. Pada suatu hari, di sebuah padang savana nan jauh disana, hiduplah seekor kelinci putih, lucu, dan imoet (kayak aq gitu...). Saat itu, situasi dan kondisi padang savana sedang memprihatinkan. Hali ini dipicu karena tidak adanya hujan yang membasahi setiap helai daun dari tumbuhan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kelinci bingung bukan kepalang. Hampir hampir di setiap sudut savana tidak ada lagi rumput yang enggan untuk tumbuh. Semua rumput kering kerontang memudarkan zat klorofilnya. Sehingga tak laik makan lagi. Dalam kondisi seperti inilah kemudian sang kelinci bermunajad pada Ilahi, Tuhan semesta alam, sang penguasa jagad raya. Kelinci menengadahkan kedua tangannya menjulang keatas langit. “Tuhan, kenapa hidup hamba seperti ini. Hamba merasa selama ini kesulitan selalu bersandar dan brduyun-duyun menghampiri hamba. Coba bayangkan Tuhan keadaan hamba sekarang, untuk mendapatkan sesuap rumptpun, hamba perlu mencari seharia. Tak jarang pula hamba butuk wakti satu hari, dua hari, bahkan tiga hari untuk mendapatkannya. Apakah ini ujian, cobaan atau laknat dariMU. Hamba sadar selama ini hamba selalu terlena dan seringkali lupa untuk bersyukur kepadaMU. Tapi, mulai sekarang hamba akan berjanji akan menancapkan rasa syukur atas nikmatMU kedalam hati hamba. Tuhan kabulkanlah permintaan hambaMU.... amin.... .
Kelinci berharap Tuhan akan mengabulkan doanya dan memberikan rumput yang diinginkannya. Kelinci menunggu dan terus menunggu sambil memegangi perut yang semakit melilit. Penungguan kelinci terus berlanjut. Satu jam, dua jam, dan ahirnya tiga jam telah berlalu. Namun permintaan kelinci tidak kunjung tiba juga. Si kelinci tiba-tiba merasa dongkol kepada Tuhan yang tidak mengabulkan doaannya. Setelah menunggu selama empat jam, datanglah seekor jerapah. Rasa kesal dan marah pun tiba-tiba menyeruak begitu saja jauh di dalam palung hati kelinci. Kenapa yang datang justru jerapah jelek ini? Kata kelinci. Sang jerapahpun menghampiri kelinci dan berujar “apa yang engkau lakukan disini sobat kecil?”. “aku lapar dan sedang menunggu pertolongan dari tuhan”. “peretolongan apa yang sedang engkau tunggu?”. “aku menunggu kiriman rumput, aku sudah tidak makan selama dua hari”. Melihat kondisi kelinci yang mengenaskan, jerapah menawarkan bantuan kepadanya. Jerapah meminta kelinci untuk naik ke atas kepalanya. Kelinci diajak menelusuri padang savana oleh jerapah. Tiba-tiba langkah jerapah dihentikan oleh pohon besar. Jerapah menyuruh kelinci untuk memakan daun-daun yang ada pada dahan pohon. Namun kelinci urung untuk memakan daun dari pohon. Dalam hati kelinci berujar “aku ingin makan rumput..!!!!. setelah beberapa penawaran dari jerapah ditolak oleh kelinci, jerapah menurunkan kelinci keatas tanah. Jerapah berlalu meninggalkan kelinci tanpa sepatah kata. Sedangkan kelinci masih dalam kelaparannya. Tamat....!!!!.
Lho.... kok tamat????. Katanya mau ngasih tahu hubungan kelinci, jerapah dan cinta???. Sabar dulu atuh.... yang tamat kan ceritanya. Namun pembahasan akan tetap terus berlanjut. Jadi begini (sok serius), setelah saya melihat, mengingat , dan menimbang, maka saya memutuskan bahwa cerita di atas hanya gambaran dan analogi belaka. Sekarang yang akan kita bahas adalh esensi nilai dari cerita tersebut.
Saudara-saudara yang saya hormati, seringkali kita salah kaprah dalam melakukan pemaknaan terhadap kata cinta. Kesalahan dalam interpretasi terhadap makna cinta, akan brbuntut pada salah tafsir terhadap unsur-unsur yang bernaung dibawah ranah cinta, baik itu secara eksplisit maupun implisit. Salah satu unsur cinta yang akan saya bahas adalah unsur jodoh. Sadr atau tidak sadar, selama ini kbanyak orang salah tafsir terhadap makna konsep jodoh.
Memang benar, ketika masih dalam kandunagan, ada tiga takdir yang dilekatkan pada kita bersamaan dengan ditiupkan nyawa dalam jasad janin. Takdir rizki, kematian, dan jodoh. Konsep jodoh sendiri diejawantahkan oleh Tuhan, melalui salah satu firmannya “telah aku ciptakan kalian secara berpasang-pasangan” kurang lebih seperti itulah firmanNYA. Firman ini bukan berarti dalam mencari jodoh, manusia bukan hanya berpangku tangan saja. Dengan apologi bahwasannya, setiap manusia sudah ada jodohnya, sehingga tinggal duduk manis dirumah saja. pemikiran seperti ini akan berkontradiksi dengan fiman Tuhan yang lainnya ”Aku tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mau merubah nasibnya sendir”. Dari sisni jelaslah, bahwa untuk mendapatkan sesuatu, manusia harus berusaha dan berbuat sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing. Sama saja dengan jodoh. Saya pikir jodoh itu harus dicari dan dikejar. Jodoh itu ibarat bola. Untuk mencetak sebuah gool, bola harus dijemput terlebih dahulu kemudian baru kita arahkan untuk ditendang ke arah gawang. Hal ini sama saja dalam jodoh. Untuk mendapatkan jododoh, kita harus “menjemputnya”.
Hidup ini tidak sertamerta 100% dimonopoli oleh Tuhan semata. Namun kita juga memiliki andil dan ranah yang kita kuasai untuk menentukan lakon hidup kita. Pun denga jodoh. Kembali pada cerita di atas, saya memposisikan kita dalam lakon kelinci putih. Seperti kejadian yang dialami oleh kelinci. Kitapun sering mengalaminya, sadr atau tidak sadar tentunya. Kadang ketidak sadaran itulah yang membawa kita kearah persepsi keliru. Terkadang dalam doa, kita selalu berharap dipertemukan jodoh dengan spesifikasi yang mulk-muluk dan super perfeksionis. Sehingga kita menjadi gelap mata dan selalu mempersalahkan Tuhan. Kenapa Tuhan tidah mengabulkan doa saya?. Sebenarnya Tuhan selalu menjawab doa kita. Namun seringkali harapan dan keinginan kita selalu membuat buta mata kita. Kita sering tidak sadar, bahwa Tuhan telah menawarkan banyak alternatif jodoh pada kita. Namun kita juga sering tidak melihat alternatif penawaran tersebut. Alternatif yang sebenarnya justru lebih baik dari harapan dan keinginan kita. Memamng logika bumi, itu jauh berbeda dengan logika langit. Dan yang paling penting, Tuhan tidak pernah salah pilih. Buka mata anda, dan lihatlah Tuhan telah mengirimkan jodoh kita melalui jerapah yang diselipkan pada oarang-orang di dekat kita. Bisa teman kampus, teman main, atau bahkan rival.
1 komentar:
m3mang Tuhan telah memberikan beberapa alternatif jodoh pada Qt. tapi kalo ga da yang cocok ato ga sesuai dengan keinginan Qt boleh2 aja kn Qt menolak dan cari yang lain?????? tentunya ya yang lebih baik lagi lah!! tapi napa ya saat Qt bisa menerima berbagai kekurangannya malah Qt yang disakitinya???? kayaknya emang enak jomblo Dech.....!!!!!!! eh,sory malah jd campur curhat pdhl cm disuruh kasih komentar!! (^_^)