BELAJAR DARI KUPU-KUPU
21.15 | Author: CORPS BRIBU
Pagi itu, udara masih terasa dingin dan menusuk sampai kesumsum. Kabut tebal juga masih menutupi hampir sebagian pelosok desa Rawa Badak. Tak ada lagi sejengkal bagian desa yang luput dari serbuan kabut. Tadi malam hujan turun dengan deras disertai dengan angin dan sesekali kilatan petir yang menyambar. Sisa-sisa hujan lebat tadi malam masih bisa dirasakan dengan jelas. Air masih setia berkumpul dikubangan jalan rusak yang telah termakan zaman. Entah beberapa lama jalan desa ini tidak disentuh lagi oleh aspal. Tapi jelas, sia-sisa aspal usang masih menghiasi dibeberapa bagian jalan. Kini jalan desa tidak ubahnya seperti susunan bongkahan batu yang tertata rapi.

Di ujung jalan tiba-tiba muncul seorang pemuda dari balik kabut yang mulai menipis. Pemuda yang berperawakan kerempeng dan berkulit gelap. Namanya parno. Dia sedang menyusuri setiap sisi jalan yang ada di desanya. Tidak jelas ia mau berbuat apa. Namun, langkah cepat parno tiba-tiba terhenti tepat didepan pohon sonokeling. Kepompong kupu-kupulah yang membuat langkahnya terhenti.

Dia mengamati dengan jelas kupu-kupu yang hampir keluar dari kepompong. Hanpir semua tenaganya diperas untuk berkonsentrasi didepan kepompong. Tidak sedetikpun ia memalingkan pandangannya dari kepompong. Tiba-tiba lubang kecil mulai tampak dari sudut kepompong. Ia duduk berjam-jam menyaksikan perjuangn kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Kupu-kupu terlihat berhenti dan tidak berdaya lagi Saat sebagian tubuhnya sudah mulai keluar dari kepompong. Parno merasa iba melihat perjuangan kupu-kupu.

Dia mempunyai inisiasi untuk membantu kupu-kupu. Diambillah sebilah gunting dari saku celananya. Dengan gunting itulah parno membantu kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Kupu-kupu itupun keluar dengan gampangnya. Namun, parno terperanjat karena kupu-kupunya bertubuh besar dengan sayap kecil dan lunglai. Dengan setia, ia menunggu menyaksikan kupu-kupu dengan harapan bahwa suatu saat sayapnya akan tumbuh menjadi besar dan kaut sehingga bisa menopang tubuhnya waktu ia terbang diantara pepohonan. Harapan hanya tinggal harapan. Nyatanya kuku-kupu tadi sayapnya masih saja kecil dan lunglai. Dia menghabiskan sisa hidupnya dengan cara merayap diantara batang pohon tanpa bisa merasakan terbang untuk selamanya.

Apa yang dilakuakan parno dengan segala kebaikannya untuk membantu kupu-kupu keluar dari kepompong ternyata telah menjadi bumerang bagi kupu-kupu tersebut. Dengan bantuan parno justru membuat kupu-kupu tadi tidak bisa terbang untuk selamanya. Ternyata perjuangan kupu-kupu untuk keluar dari lubang kecil di kepompongnya adalah cara untuk memeras cairan dari dalam tubuhnya untuk kemudian disalurkan untuk menguatkan bagian sayap.

Terkadang untuk mencapai sebuah kesempurnaan dan kebahagiaan hidup, kita mutlak untuk berjuang. Berjuang untuk menundukan semua masalah yang merundung diri kita. Justru dengan banyak berjuang akan membuat kita menjadi kuat dan lebih matang. Tidak ada seorangpun yang hidup didunia ini tanpa membawa masalah. Karena hidup adalah kunpulan-kumpulan masalah yang harus kita pecahkan. Kalau kita tidak ingin mendapatkan masalah, maka kita tidak usah hidup. Marilah kita bersama-sama berjuang menghadapi masalah dengan ihlas, sehingga kita mampu untuk terbang seperti kupu-kupu.
This entry was posted on 21.15 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: